PERUBAHAN PARADIGMA PERENCANAAN KOTA

5 06 2020

Terbentuknya kota terjadi melalui proses yang bervariasi selama kurun waktu tertentu. Kota merupakan hasil karya peradaban manusia yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan dari dulu sampai sekarang. Wujud perkembangan kota pada hakekatnya merupakan jejak peradaban yang ditampilkan sepanjang sejarah kota sebagaimana perwujudan proses yang panjang (Budihardjo, 1996), identias tidak bisa diciptakan pada suatu saat saja (seketika) seperti budaya dadakan, jadi perwujudan suatu kota merupakan manifestasi dari berbagai kegiatan masyarakat, sehingga kota mencerminkan suatu bentuk simbol kehidupan ekonomi, sosial, budaya dan politik masyarakat.

Perkembangan dan bentuk struktur fisik suatu kota dapat diketahui melalui perubahan elemen-elemen kota sebagai pembentuk ruang kota. Elemen tersebut merupakan elemen fisik dan non fisik. Elemen fisik meliputi sarana transportasi, pasar, pusat pemerintahan, ruang terbuka, pusat peribadatan, tempat permukiman dan sebagainya, sedangkan elemen non fisik adalah manusia dengan segala aktivitasnya.

Menurut Wirth (dalam P.J.M. Nas, 1979), kota adalah suatu permukiman yang relatif besar, padat, permanen, dan di huni oleh orang-orang yang kedudukan sosialnya bervariasi. Sedikit kota yang kebudayaannya tinggi dimulai dengan sebuah rencana.

Menurut Gallion dan Eisner (1992) , keragaman bentuk kota merupakan hasil dari kekuatan tertentu yang dominan selama masa tertentu dalam sejarahnya.Kota-kota tersebut berkembang melalui suatu proses pertumbuhan. Perkembangannya tidak teratur, responsif terhadap perubahan kebiasaan penduduk, dan bersifat suka rela. Bentuk eksternal dan pola fisik kota dibentuk sesuai dengan struktur tanah itu sendiri atau cara tanah tersebut dibagi di antara penduduknya. Kota-kota sejak jaman dahulu telah mengalami proses perubahan bentuk terus menerus sepanjang masa.

Tujuan penyusunan esai adalah mendeskripsikan sejarah perkembangan dan perubahan paradigma perencanaan kota dengan mengidentifikasi karakteristik perancangan kota pada setiap periode dan faktor – faktor yang mempengaruhi pola perancangan kota. Metode Penulisan esai menggunakan metode studi literatur (Literatur Research) dengan mendeskripsikan beberapa materi yang berhubungan dengan sejarah perubahan paradigma perancangan kota melalui sumber buku, artikel, jurnal, dan sumber lainnya.

  • MASA PRASEJARAH

Kehidupan dimulai sejak masa prasejarah, dimana manusia hidup dengan mengekplorasi alam. Mereka mencari makan dan hidup dengan bergantung pada alam. Untuk menandai batas wlayah mereka menggunan batas alam berupa sungai, hutan, lembah, atau gunung. Kehidupan manusia pada masa ini belum menetap atau masih berpindah-pindah (nomaden). Mereka bertahan hidup dan berlindung dari musuh atau binatang buas dengan tinggal di gua, pohon atau tenda dari kulit binatang. Kehidupan manusia dimulai pertama sekali didalam gua untuk berkumpul dan berlindung serta bertahan dari suku-suku lain atau musuh mereka. Menurut Lewis Mumford dalam Gallion dan Eisner (1992) menyatakan bahwa sejak zaman neolitik manusia melakukan kebiasaan berkumpul di gua-gua atau dinding batu yang dilubangi untuk bertahan hidup dan melakukan upacara magis.

Setelah mengenal alat (batu, besi, roda) barulah manusia mulai hidup menetap dengan membudidayakan makanan melalui bercocok tanam, beternak, dan memelihara ikan. Pada masa ini timbul kelompok-kelompok petani, pedagang, prajurit, dan pemimpin. Seiring perkembanganya kemudian tempat-tempat berkumpul tersebut menjadi bentuk perkampungan yang berada disekitar lahan pertanian yang subur dan sumber-sumber air. Perkampungan awal ini tumbuh disekitar Laut Tengah dan sungai-sungai Nil, Eufrat, dan Tigris yang menjadi awal kehidupan kota dengan penguasa sebagai pemimpinnya.

KOTA ZAMAN KUNO

  • Kota Mesopotamia / Babilonia (4000-3000 SM)

Mesopotamia terletak di antara dua sungai besar, Eufrat dan Tigris. Daerah yang kini menjadi Republik Irak itu di zaman dahulu disebut Mesopotamia, yang dalam bahasa Yunani berarti “(daerah) di antara sungai-sungai”. Daerah ini biasa disebut daerah subur bulan sabit, karena tanahnya yang subur dan menyerupai ulan sabit. Kota Mesopotamia kuno secara geografis tidak memiliki benteng/perlindungan alam suatu kota, hal ini menyebabkan kota tersebut seringkali dikuasai bangsa asing silih berganti. Meskipun dalam perancangan kotanya sudah menerapkan sistem kota benteng dengan membangun benteng di garis luar kota Msopotamia dengan dilengkapi parit-parit.

Beberapa ciri kota di era Mesopotamia antara lain:

  • Motivasi masyarakat tinggal di kota tersebut adalah untuk jaminan keamanan dan peribadatan
  • Berbentuk kota benteng (dikelilingi benteng-benteng)
  • Pusat kota/benteng berupa zigurat sebagai kuil penyembahan dewa
  • Memiliki karakter kota taman gantung

Mesir Kuno (1400 SM)

Kota-kota (Kahun dan Giza) yang dibangun pada masa ini berdasarkan kehendak penguasa Firaun dalam upaya menampung budak dan tukang yang teribat dalam pembangunan Piramid. Sel-sel berupa barak dari bata yang padat dibangun dengan gang sempit yang difungsikan sebagai jalan dan saluran limbah. Tembok-tembok dibangun untuk perlindungan kota dari banjir musiman.

Di tepi sungai Nil juga dibangun kota kuil oleh penguasa Firaun yang memiliki jalan besar monumental, plaza-plaza kuil yang luas, dan makam makam sebagai saksi kehidupan mewah para bangsawan. Setiap kota di benteng untuk menghindari serangan musuh. Rumah-rumah penduduk dipadatkan dengan jalan-jalan sempit yang diletakkan dengan pola tegak lurus.

Perancangan kota pada masa Mesir kuno memiliki ciri sebagai berikut :

  1. Tidak memiliki benteng yang mengeliingi kota
  2. Bentuk kota yang grid
  3. Perumahan penduduk saling membelakangi
  4. Perumahan besar berderet disepanjang jalan besar
  5. Penduduk bergerak dibidang pertanian dan konstruksi bangunan

KOTA KLASIK

Yunani (500 – 146 SM)

Pada masa abad kedelapan SM kekuasaan dipegang oleh bangsawan pemilik tanah yang kaya. Kelompok bangsawan memegang sebagian pengaruh yang semula dimiliki para raja. Benteng-benteng istana sebagai pertahanan mulai menghilang dan diganti dengan kuil-kuil tempat persembahan kepada dewa-dewa Yunani yang berada ditempat tinggi yaitu Acropolis. Kaum Bangsawan mengambil alih kekuasaan raja, mendominasi kota, dan menindas kaum petani.

Pada abad kelima SM demokrasi dan keteraturan moralitas yang tinggi muncul di Athena. Pendidikan politik, kebebasan berbicara dan berdiskusi mulai diterapkan dalam kehidupan yang tercermin pada kuil-kuil di Acropolis. Tempat tinggi atau bukit sangat disakralkan sebagai tempat para dewa sehingga menjadi tempat peribadatan.

Di masa awal demokrasi Athena, Yunani memiliki jaringan tidak teratur dari lorong yang diperkeras dan kurangnya saluran air dan sanitasi. Air dibawa dari sumur-sumur setempat dan sampah dibuang ke jalanan. Tidak ada istana melainkan kuil-kuil dan bangunan umum yang sedikit. Tempat pertemuan umum di ruang terbuka yang disebut pnyx. Pusat kegiatan perkotaan yang disebut Agora / pasar berbentuk tidak teratur. Hunian orang kaya dan penduduk miskin tidak memiliki perbedaan dan sebagian besar dikelilingi oleh tembok pelindung.

Pada kota terdapat Agora sebagai pusat bisnis dan kehidupan politik yang disekitarnya terdapat toko-toko dan kios-kios pasar. Agora terletak dipusat kota dengan jalan utama timur-barat dan utara-selatan mengarah padanya. Agora berbentuk geometris dengan ruang terbuka berbentuk persegi yang dikelilingi kolom-kolom serambi. Jalan-jalan berakhir di Agora dan tidak melaluinya. Lalu lintas dan sirkulasi pejalan kaki berada pada ruang terbuka.

Seorang arsitek bernama Hippodamus dari Miletus mengemukakan teori-teori positif dalam seni dan ilmu perencanaan kota. Hippodamus menciptakan sistem jalan gridiron untuk mendapatkan pengaturan yang rasional dari bangunan dan sistem sirkulasinya. Blok-blok dibentuk untuk memberikan orientasi yang benar bagi rumah-rumah di dalamnya. Penggunaan fungsional bangunan dan ruang-ruang umum diakui dalam peletakan jalan-jalan. Pengaturan tersebut memungkinkan sirkulasi manusia dan kendaraan tanpa mengganggu orientasi bangunan atau tempat pertemuan manusia di pasar.Bentuk geometris yang kaku menciptakan banyak jalan terjal. Pergerakan orang (sirkulasi) hampir seluruhnya berjalan kaki. Jalan-jalan sebagai lalu lintas utama dibuat untuk sirkulasi kendaraan berkuda yang memasuki kota.

Perancangan kota masa Yunani memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

  1. Perancangan memiliki pandangan yang dominan terhadap keterbatasan sebagai ide yang terukur
  2. Perancangan kota menggunakan skala manusia
  3. Kegiatan bersifat publik (pertemuan)
  4. Motivasi hidup untuk berlindung atau mencari keamanan
  • Romawi (500 – 324 SM)

Pada masa ini dikenal pandangan Pax Romano dimana keberhasilan dalam menaklukan wilayah lain membuat Romawi membangun jalan-jalan di seluruh imperiumnya dari Inggris sampai Babilon dan dari Spanyol sampai Mesir. Pembangunan jalan bertujuan untuk memperlancar telekomunikasi dan perdagangan dari Roma dan memudahkan pasukan bergerak untuk pengamanan dan menumpas pemberontakan.

Orang Romawi adalah organisator penghitung yang berprestasi teknis dan merupakan insinyur-insinyur yang ahli dalam pembangunan kota sehingga menjadi perencana wilayah yang pertama. Sistem penyediaan, pendistribusian, sistem drainase, dan metoda pemanasan mulai dikembangkan. Selain motivasi keamanan perancangan kota juga dipengaruhi adanya kekuatan politik dan organisasi. Pada masa ini dibangun kota militer diseluruh Imperium dengan tujuan untuk menegakkan citra hukum dan ketertiban.  Bentuk-bentuk hiburan umum untuk masyarakat disajikan melalui bentuk pertempuran meriah di Colosseum, sandiwara di teater dan pesta di forum.

Kota Romawi merupakan kota yang terencana dengan gridiron (struktur jaringan jalan yang terarah) berbentuk persegi panjang. Kota didominasi dengan pusat keagamaan dan pemerintahan dan terdapat sarana rekreasi berupa ruag terbuka hijau dan sarana pemandian. Pada Kota terdapat pola axis dimana jaringan jalan dari atas ke bawah (pusat kota ke daerah pengaruh).

Perancangan kota masa Romawi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

  1. Proposi mengacu pada hubungan harmonisasi
  2. Proposi bangunan menggunakan sistem modular
  3. Dalam perancangan kota menggunakan modul yang abstrak
  4. Benteng dibangun terlebih dahulu karena menjadi bagian utama dari bangunan
  5. Kemampuan teknologi bangunan lebih maju seperti pembuatan saluran air konstruksi busur/lengkung.
  6. Penafsiran makna kehidupan dari segi fungsi dan sistem struktur sosial sangat kompleks.
  7. Konsep penataan bangunan dan landscape perkotaan dirancang secara integratif.
  8. Konsep perancangan menekankan pada skala kota dan interior.
  9. Skala bangunan bersifat monumental atau mengutamakan kesan agung.
  10. Bentuk arsitektur mengesankan keanggunan formal yang berorientasi birokratik, tersusun secara sistematik, praktis dan variatif dalam langgam.
  • KOTA ABAD PERTENGAHAN (800 – 1200 M)

Kekaisaran Romawi runtuh sampai abad kelima Masehi akibat kesombongan, kemewahan dan kebiasaannya sendiri sehingga menimbulkan masa kegelapan. Masa kegelapan mulai membaik pada periode abad pertengahan. Kota awal abad pertengahan didominasi oleh gereja atau biara dan kastil penguasa. Halaman gereja menjadi pasar perdagangan dengan gedung perserikatan disebelahnya. Posisi katedral/gereja membentuk satu kesatuan kota yang diperkuat oleh lingkungan tembok disekelilingnya. Kastil dikelilingi oleh temboknya sendiri sebagai perlindungan akhir dari musuh.

Kemunduran masa Romawi menjadi awal kemunculan kota-kota abad pertengahan. Komunitas-komunitas baru berkembang pada lokasi dan tapak yang subur menjadi kota hidup dan berkembang. Pada masa ini muncul tuan tanah – tuan tanah  (feodalisme) yang berpengaruh terhadap perkembangan kota.  

Ciri perancangan kota pada masa abad pertengahan ini antara lain:

  1. Motivasi hidup juga untuk keamanan dan mengembangkan persaudaraan (Sosialitas)
  2. Kota benteng yang ada, sedikit demi sedikit dikuasai oleh biara-biara, sehingga menjadikan biara tersebut sebagai pusat kota.
  3. Benteng yang melindungi kota berbentuk melingkar.
  4. Kota kecil di sekitar biara dan benteng tumbuh secara natural dari pintu gerbangnya hingga membentuk jaringan jalan dan berpola radiocentric (radial).
  5. Awalnya kota berupa kota benteng yang biasa dilukiskan dengan ilustrasi suatu pemandangan kota dengan benteng dari jarak jauh, selanjutnya menjadi suatu kota yang hidup dengan kasta-kasta biara dan terdapat banyak pedagang dan biarawan.
  6. Memiliki pandangan keterbatasan ruang seperti era Yunani dan mulai menggunakan penataan abstrak seperti aksis.
  7. Menggunakan skala manusia.
  8. Kota di abad pertengahan bersifat tangibel/terlihat atau mudah dikenalidan tidak disorientasi. Sebagai contohnya, suatu koridor jalan akan memperlihatkan suatu menara gereja dimana selalu terlihat sepanjang jalan itu, sehingga bisa digunakan sebagai ancar-ancar sehingga tidak akan tersesat.
  9. Menghindari long vista.
  10. Tidak memiliki hierarki jalan.

Kota-kota abad pertengahan mulai dibangun pada abad ke-11 sampai abad ke-15 yang ditujukan untuk kepentingan kegiatan perdagangan, pemasaran dan pertanahan. Kota abad pertengahan yang tumbuh menjadi besar, antara lain adalah :

  • Florence yang merupakan tempat kedudukan dari kekuatan politik;
  • Venesia yang tumbuh menjadi pusat perdagangan dunia;
  • Siena yang terbagi menjadi beberapa kelompok politik yang menguasai topografi tertentu yang disatukan oleh sebuah piazza berbentuk kerang bernama Piazza del Campo;
  • Paris yang tumbuh menjadi pusat perdagangan dunia.

Penemuan mesiu pada abad ke-15 telah merubah struktur kota abad pertengahan. Di luar kota benteng dibangun tembok-tembok baru agak jauh dari kota untuk membentuk suatu kawasan penyangga yang disebut ”daerah tak bertuan” yang difungsikan untuk menampung jatuhnya peluru meriam musuh agar tidak mencapai tembok kota. Pasca abad pertengahan muncul aliran renaissance dan pemikiran yang mengombinasikan ilmu pengetahuan (berpegang pada rasio) dan kekuatan modal. Kota-kota terlihat lebih artistik dengan munculnya seni.

  • Renaissance (1400-1500 M)

Sebelum era Renaissance, di abad XV dimana merupakan fajar ilmu pengetahuan, ditemukan bubuk mesiu sehingga di era Renaissance memiliki motivasi hidup yang berbeda dari era-era sebelumnya, karena kota benteng di era ini sudah tidak berfungsi lagi, karena senjata perang bisa menggunakan bahan peledak yang bisa meledakkan benteng sekalipun. Beberapa ciri yang bisa diambil dari kota di Era Renaissance antara lain:

  1. Era Renaissance dimulai pada tahun 1440
    1. Bentuk kota bintang dengan jalan yang bercabang dari titik pusatnya. Titik pusatnya biasa berupa gereja/biara.
    1. Perancangan on paper (diatas kertas)
    1. Bentuk bangunan simetris penuh dan bersifat utopian.
    1. Motivasi hidup terutama untuk bersosialitas dan peribadatan ditandai dengan gereja sebagai pusat kota
  • Baroque (1700-1800 M)

Arsitektur Renaissance yang cenderung menerapkan simetris murni, menimbulkan kesan monoton, sehingga para seniman di era Baroque (1600-1750) mencoba bereksperimen dengan memvariasi karya seni dengan melebih-lebihkan komposisi warna atau efek sehingga menimbulkan kesan tidak realistik dan berlebihan. Era baroque merupakan suatu era perubahan dari Renaissance yang cenderung simetris menjadi bentuk-bentuk dinamis, lengkung, dan berlebihan. Pada era Baroque, juga dikenal hedonisme dan peleburan elemen arsitektural dalam perancangan kota seperti implementasi patung/sculpture dalam perancangan kota di era Baroque.

Kota-kota di era Baroque menerapkan konsep bangunan peribadatan sebagai pusat pemerintahan, hal ini bisa diterka bahwa masyarakat era Baroque memiliki motivasi hidup bersosialitas. Beberapa poin ciri-ciri arsitektur Baroque antara lain:

  1. Denah di bagian sudut diselesaikan dengan bentuk lengkung
  2. Pilar-pilar berpilin
  3. Ornamen membentuk 3 dimensi sehingga muncul keluar
  4. Banyak menggunakan hiasan pahatan dan menggunakan warna-warna cerah

Selama abad pertengahan jumlah kota meningkat dengan cepat dengan jumlah penduduk sedikit. Air bisa didapat pada pancuran kota, saluran sanitasi tidak ada dan pembuangan air limbah melalui jalanan. Kekurangan ini dapat tertutupi dengan jumlah penduduk yang sedikit. Kota Neo Klasik (Abad 15-16) menjadikan gereja sebagai orientasi utama dengan plaza-nya yang luas.

Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan peningkatan penduduk kota mengakibatkan kepadatan di kota. Lalu lintas beroda meningkat, jalan sempit menjadi macet, gelap, dan kotor. Kota menjadi perkampungan kumuh dengan adanya perbedaan pendapatan antara kaun bangsawan dan pendeta yang memiliki pengaruh luas. Kota Neo Klasik memiiki seni dan arsitektur yang berpengaruh pada karakteristik perancangan monumental seperti setiap ruang memiliki sumbu dan lapangan-lapangan formal.

  • KOTA REVOLUSI INDUSTRI

Revolusi industri ditandai dengan adanya penemuan mesin uap oleh James Watt tahun 1769 pada abad kesembilan belas. Zaman mesin menimbulkan peningkatan produksi barang dan pertumbuhan perdagangan sehingga tempat pengolahan dipindahkan dari rumah ke pabrik-pabrik pengolahan yang terpisah dengan jarak yang jauh.

Pabrik-pabrik yang hadir membuat jumlah tenaga kerja bertambah sehingga permintaan permukiman pekerja, sekolah, dan toko-toko disekitarnya semakin meningkat. Kondisi ini mendorong munculnya pemikiran untuk membangun perumahan pekerja dalam skala besar. Ada beberapa tokoh yang membangun kota buruh yaitu :

  • Robert Owen yang membuat rencana awal di New Larnak Inggris (785-1799).
  • Sir Titus Salt, yang membangun kota buruh Saltaire; untuk menampung
    3.000 buruh pabrik tekstilnya.
  • Keluarga Krupp membangun beberapa kota kecil dekat Essen Jerman untuk
    buruh pabrik senjata dan mesiu.

Sistem perindustrian berimbas pada pentingnya transportasi baik untuk distribusi barang ataupun pekerja. Akhirnya muncul alat transportasi berupa kapal uap, kereta api uap, dan kereta api listrik. Kota menjadi lebih terbuka dengan dibangunnya infrastruktur rel kereta api yang menghubungkan ke daerah luar kota. Hadirnya mesin-mesin pengangkut ini menimbulkan permasalahan kemacetan yang semakin besar di dalam kota. Setelah gagal mengatasi kemacetan kota, kereta api listrik pindah ke bawah tanah sampai muncul alat transportasi seperti kendaraan dengan mesin bermotor. Selain kemacetan kota juga menghadapi masalah serius terhadap polusi udara dan air akibat kegiatan industrialisasi.

Pada masa ini perkembangan komunikasi ditandai dengan adanya radio, televisi dan komputer yang memudahkan pengiriman informasi. Selain itu upaya kesehatan dan keselamatan umum semakin diperluas dengan adanya sistem penyediaan air menggunakan gaya gravitasi. Metode pembuangan dan pengolahan air kotor mulai diperbaiki.

Karakteristik Perencanaan Kota pada Era Revolusi Industri

  • Konsentrasi industri menyebabkan ketimpangan (kekurangan rumah) bagi pekerja
  • Transportasi sebagai prioritas
  • Terjadi konsentrasi industri di pusat kota
  • Kaum elit pindah ke pinggiran kota (suburban)
  • KOTA PASCA REVOLUSI INDUSTRI
  • Garden City

Pada awal abad XX terjadi gerakan reformasi sebagai reaksi terhadap tumbuhnya kota-kota industri. Di Inggris terbit UU Kesehatan  akibat keadaan lingkungan masyarakat yang buruk, peraturan tentang zonasi (penggunaan/tata guna lahan), tinggi bangunan dan lainnya.

Pertumbuhan kota yang terjadi pada masa revolusi industri menimbulkan permasalahan lingkungan yang buruk dari polusi udara pabrik dan kondisi sanitasi yang tidak baik. Kondisi ini mendasari pemikiran Ebenezer Howard dalam pembentukan Kota Taman (Garden City). Munculnya gagasan Garden City oleh Ebenizer Howard sebagai gambaran kota ideal guna memerangi kepadatan kota industri dan manusia harus kembali ke alam (back to nature). Pada Garden City, kota ini merupakan subsistem dengan pusat kota (CBD) yang dikelilingi taman. Konsep Garden City berkembang menjadi Neighbourhood Unit.

Kelemahan Garden City karena kurang realistis jika diterapkan di negara berkembang, karena alasan sebagai berikut.

  • Lahan dikuasai swasta
  • jumlah populasi maksimum 3000 jiwa
  • lahan pertanian yang mengitari kota minimum 5X lahan yang dikuasai swasta
  • Kota Modern

Pada Kota-kota modern terlihat penggunaan teknologi canggih seperti listrik, elevator, AC dan ditandai dengan munculnya bangunan-bangunan pencakar langit di perkotaan. Kegiatan bisnis berkembang seperti bank, asuransi, pasar modal, industri dan peraturan zoning sehingga mempengaruhi perkembangan kota-kota modern. Salah satu contoh kota modern yang berkembang adalah New York.

Pada era modern motivasi masyarakat hidup yang paling utama bukan lagi karena faktor keamanan tetapi  untuk memenuhi kebutuhannya. Kota membentuk pola yang jelas seperti linear, grid, dan radial. Penggunaan material lebih modern yaitu dengan baja dan kaca. Penggunaan media lahan tidak terfokus pada tanah saja tetapi sudah memanfaatkan laut dan perairan.

  • Kota Utopian

Masalah perkotaan yang semakin kompleks membuat pemikiran baru dari para visioner untuk mengatasinya seperti :

  • Edgar Chambless dari Amreika mengusulkan kota dengan bangunan menerus yang bagian atapnya dapat dilewati kendaraan yang dikenal dengan “Motopia
  • Eugene Henard dari Perancis mengenalkan konsep “The Cities of The Future” dengan jaringan jalan bawah tanah dan pesawat yang bisa mendarat diatas bangunan.
  • Antonio Sant’Elia menggagas konsep metropolis bernama “La CItta Nuova” yaitu sebuah kota berbasis pergerakan transportasi vertikal maupun horizontal.
  • Richard Buckminster Fuller dengan teori dymaxion yang menghasilkan bangunan dan kota berbentuk kubah yang bisa dibangun dimana dan kapan saja. Bagian kota yang berada didalam kubah bisa diatur temperatur, pencahayaan, kelembaban, kecepatan angin, hujan, salju, sesuai yang diinginkan.

Inteligent city yang dibangun oleh Mitshubishi di Jepang dengan mengandalkan teknologi informasi.

Floating City sebuah gagasan manusia untuk mengatasi keterbatasan lahan dan memanfatkan ruang laut dan perairan.

  • KESIMPULAN

Tabel Kesimpulan

NoEra/zamanTahunMotivasi tinggalKarakter KotaHierarki tertinggiPola JalanProporsiTeknik DesainKeterangan
1Babilonia/ Mesopotamia4000-3000 SM–  Jaminan Keamanan –  PeribadatanKota bentengZigurat dalam bentengGridMeskipun dibangun benteng, namun tidak didukung faktor alamnya, sehingga tetap mudah dikuasai bangsa lain.
2Mesir Kuno1400 SM– Jaminan keamananKota bentengPiramidaGridBukan merupakan kota benteng karena pengaruh Fir’aun yang sangat berkuasa dan menjamin keamanan warganya
3Yunani500-146 SM– Jaminan keamananKota bentengPartenon/KuilGridGolden section dan human scaleOn siteKegiatan bersifat publik banyak dilakukan di rumah daripada di jalan. Menerapkan konsep serial of vista dalam perancangan Acropolis
4Romawi500-324 SM– Jaminan keamanan – Politik dan organisasiKota militer-Kota KoloniPusat pemerintahanGridHubungan harmoni tiap elemen bangunanOn paperPerancangan menggunakan modul-modul yang besar mencerminkan kekuasaan politik mendominasi era Romawi
5Abad Pertengahan800-1200 M– Jaminan keamanan – SosialisasiKota benteng kekuatan central berupa gerejaBiara/ gerejaRadio- concentricHuman scaleOn paperKota di abad pertengahan bersifat tangibel dan menghindari long vista serta disorientasi visual. Apabila pengunjung kesana tidak akan tersesat.
6Renaissance1400-1500 M– Bersosialitas – BeribadahKota artistik. Menerapkan axis, palza.Biara/ gerejaRadial, kota berbentuk bintangRenaissanceOn paperKota di era Renaissance sudah tidak berbentuk kota benteng karena sudah ditemukannya senjata peledak (mesiu) di abad XV, konsep kota berlebihan dan menganut simetris murni
7Baroque1700-1800 M– Bersosialitas – BeribadahMonumentalisme, monarkiBiara/ gerejaKota bintangHuman scaleOn paperKota di era Baroque memiliki konsep berlebihan dengan banyak pahatan sebagai akibat rasa bosan para seniman pada kota Renaissance yang menganut simetris murni. Sudah meninggalkan kota benteng dan mulai mengimplementasikan patung dalam perancangan kota.
8Kota Revolusi IndustriAbad ke 19-anMemenuhi kebutuhan industriKota IndustriPusat IndustriLinier, Radial, gridBervariasi (humanOn paperkekurangan rumah bagi pekerjaTransportasi sebagai prioritasTerjadi konsentrasi industri di pusat kotaKaum elit pindah ke pinggiran kota (suburban)
9Kota Pasca Revolusi IndustriAbad 20-anMemenuhi kebutuhan hidupKota taman, perencanaan integrasi sosial & ekonomiPusat pemerintahan/istanaLinier, Radial, gridBervariasi (human scale dan harmonisasi ukuran)On paperDi era modern, arsitek dimanjakan dengan temuan-temuan material praktis seperti kaca dan baja sehingga bisa digunakan dalam bentuk apapun yang dikehendaki.
  • DAFTAR PUSTAKA

Carter, D. 1997. Digital Democracy or Information – Aristocracy. The Governance of Cyberspace, London

Gallion, A.B. dan Simon Eisner. 1992. Pengantar Perancangan Kota. Jakarta : Erlangga.

Mariana, Y. 2011. Kompleksitas Ruang Publik (Public Space): Agora, Yunani Dan Forum, Romawi.ComTech.Vol.2 No. 2 Desember 2011. 1359-1371

Nas, d. P. J. M. 1979. Kota di Dunia Ketiga: Pengantar Sosiologi Kota. Jilid 1. Bhratara Karya Aksara, Jakarta

Snyder, J.C., dan Catanese, A.J. 1992. Perencanaan Kota (Edisi Kedua). Penerbit Erlangga, Jakarta

Spereigen, Paul D. 1965. The Architecture of Towns and Cities.  Mc Hraw Hill Book, New York.





TIPOLOGI BANGUNAN ROMAWI

4 05 2020

https://join.cashgem.co/antonsutresno

1. Kuil

13Merupakan asimilasi yang berasal dan elemen-elemen arsitektur Yunani. Beberapa bentuk bangunan tidak berdiri sendiri, diantaranya merupakan gabungan dinding pembatas ruang yang vertical dengan yang melengkung dan diatur secara aksial. Bangunan ini dipersembahkan untuk tiga serangkai dewa Romawi (Capitol Triad) yaitu : Jupiter, Juno dan Minerva.

Salah satu kuil yang terkenal adalah Pantheon, dibangun oleh Handrian sejak awal abad 2 SM yang diperuntukan bagi 11semua dewa. Konsep ruang dalamnya  menggambarkan karakteristik Kosmik dengan model surgawi.

Bangunan ini telah menjadi puncak keberhasilan arsitektur Romawi karena Handrian telah menciptakan fase baru dalam perkembangan teknoiogi membangun  terutama nilai-nilai atau makna yang terkandung didalamnya.  Secara keseluruhan bangunan ini memiliki dua elemen utama yaitu :

  • Rotunda

Merupakan suatu kubah besar yang mewadahi Cellar. Diameter atau garis tengah kubah irii sebesar 43.6 meter.

  • Portico

Merupakan suatu serambi berkolom (Colonnade) dengan langgam elemen Carinthian Order.

2. Basilica

basilicaBangunan publik dengan sifat multi fungsi diantaranya dapat digunakan untuk bangunan administrasi, pengadilan, bermusyawarah atau berkumpul dan tempat interaksi sosial masyarakat kota Roma (Public Promenade). Bangunan ini ada kemiripan dengan Stoa di Yunani.

3. Theater

theaterMasih bersumber pada teater Yunani dengan beberapa perubahan bentuk dan metoda strukturnya. Konsep ruangnya mengalami pergeseran orientasi yang bukan lagi dengan setting panorama alamiah, tetapi lebih memfokuskan pada pertunjukan tersebut, akibatnya kesan ruang dalam terasa lebih kuat terutama dengan membuat tempat duduk yang curam. Teater ini biasanya digunakan untuk pertunjukan  sandiwara realistik yang menampilkan unsur-unsur dekor, penghapusan orkes dan ukuran panggung yang terbatas.

4. Amphiteather Hippodrome Circus.

ampiteaterBerkembang akibat popularitas olah raga atletik, lomba kereta, pertarungan Gladiator melawan hewan buas. Bangunan ini berdiri di atas tanah yang datar dan berhentuk ellips dengan daya tampung untuk kurang lebih 700 orang. Bentuk dinding dengan langgam superimposisi dan bentuk arkade yang mengelilingi sisi luar bawah bangunan. Juga terdapat struktur basement untuk kandang, jebakan dan tempat keluarnya para gladiator.

5. Roman Bath

roman bathTempat pemandian atau kolam yang minp dengan pemandian Turki (mandi panas-bilas-mandi spa berenang di air dingin) dan digunakan juga sebagai tempat perkumpulan anggota klub (Social Centre). Salah satu pemandian yang tekenal padawaktu itu adalah Bath of Caracalla rnenggunakan kontruksi lengkung atau kubah dan beton untuk mencapai gugusan ruang yang kompleks, program fungsional rumit karena banyaknya ruang yang diperlukan.

6. Spalato (Palace of Diocletian)

spalatoRumah tmggal para pemimpin yang me.nampilkan karakter simetris dan bernuansa muter kekaisaran, makna yang ditampilkan menunjukkan peran kaisar sebagai Cosmocreator (kekuatan yang menguasai dunia). Bangunan ini dapat dikelompokkan dalam jenis villa dan istana.

7. Forum

forumMerupakan unit spatial yang terbuka, umumnya berbentuk empat persegi panjang yang direncanakan untuk kenyamanan dan menikmati urutan persepsi visual dan vista. Elemen elemen bangunan terdiri dan portico yang berfungsi sebagai pemersatu heterogenitas, pengatur koinposisi aksial, penyatuan urutan ruang dalam dan ruang luar (transition space). Salah satu contoh tipikal forum masa awal pemerintahan republik adalah Forum Romanium.

8. Villa (Roman Country House)

villaRumah berbentuk atrium (ruang yang terpusat dan pada bagian atasnya terbuka). Merupakan sintesa dari fungsi privat dan fungsi publik. Bagian tengah bangunan ini ditembus oleh poros longitudinal yang bergerak dan entrance ke kebun. Contoh villa yang terkenal pada waktu itu adalah Villa Hadrian. Sedangkan apartemen atau insulae merupakan bangunan yang bertingkat lima dengan toilet pada tingkat satu dan WC atau KM di tempat pemandian umum.

DAFTAR PUSTAKA

Gosling, David & B. Maitland (1984). Concepts of Urban Design, St. Martin’s Press, New York.

Istiqomah, Gita Nur. DKK. 2014. Architecture Yunani Kuno.

Krier, Rob (1979). Urban Space. New York: Rizolli.

Mariana Yosica. 2011.Kompleksitas Ruang Publik (Public Space): Agora, Yunani Dan Forum, Romawi.  ComTech Vol.2 No. 2 Desember 2011: 1359-1371

Maulana, Annas. 2013. Sejarah Arsitektur: Arsitektur Klasik.

Moughtin, Cliff. (1992). Urban Design Street and Square. Oxford: Architectural Press.

Spreiregen, Paul. D (1965). The Architecture of Towns and Cities, McGraw-Hill Book Company, New York.

Urban Design. In Wikipedia. Diakes dari http://en.wikipedia.org/wiki/Urban_design

Link literatur

http://amarmarufzarkawi.blogspot.co.id/2012/11/peradaban-yunani-dan-romawi-kuno.html

http://faniurbandesigner.blogspot.co.id/2011/01/sejarah-perkembangan-kota.html

http://laksmanaana.blogspot.co.id/2013/04/sejarah-dan-perkembangan-kota_3.html

http://www.tutorialut.web.id/2015/04/sejarah-perkembangan-kota-dan_7.html

 





SEJARAH PERKEMBANGAN ROMAWI KUNO

4 05 2020

Kota, sebentuk kehadiran realitas sosial merupakan hal yang tidak mungkin lagi terseleksi dalam neraca perkembangan zaman. Kota adalah sebuah teritori yang pengertiannya terus berubah sejalan dengan dinamika kota itu sendiri. Kota tidak hanya mengemukakan wilayah goegrafis tertentu (place), tetapi juga seperangkat kegiatan (work), dan dinamika penduduk (folk) yang terus bergerak. Cara mengetahui sejarah atau asal usul kota tersebut dengan menemukan elemen penanda atau atribut penanda dari kota tersebut. Kota berasal dari turunan studi perencanaan kota (urban planning) menjadi perancangan kota (urban design). Urban planning yaitu suatu kajian yang mengarah pada penataan ruang yang dekat hubungannya dengan kewilayahan lalu bermuara pada tata guna lahan dengan mengadaptasi setiap lekuk tata ruang perkotaan, sedangkan pada urban design, kota lebih berdimensi fisik dan lebih dekat dengan dinamika arsitektural dengan menekankan pada keindahan dan kenyamanan ruang-ruang perkotaan. Benang merah kehadiran perkotaan tidak terlepas dari gesekan-gesekan spasial. Dalam sejarah, selalu saja ada yang ditelikung dan didominasi, digusur dan dikonversi demi terbentuknya sistem perkotaan yang seragam. Termasuk bagaimana lahan-lahan pertanian dikonversikan fungsinya menjadi kemegahan kota yang lebih strategis secara ekonomis. Industrialisasi tampak mewah bagi pertanian yang lengang dan terpojok. Desa-desa mengungsikan penduduknya secara tak sadar ke kota. Menggadaikan sawah untuk menjadi tenaga kerja di kota. Menjadi bagian kecil dari seluruh sistem perkotaan, sistem industri. Akan tetapi, seperti pernah dituturkan James C. Scott, selalu ada perlawanan sederhana, walaupun pada kenyataannya pembangunan kota terus berjalan.

Pada zaman pertengahan, ruang-ruang kota didominasi oleh gereja dan kastil bangsawan. Plaza disamping halaman gereja juga berfungsi sebagai market place. Ruang terbuka, jalan dan plaza dibangun terintegrasi dengan bangunan di sekelilingnya. Kota yang berkembang secara tidak terencana biasanya terjadi karena proses konurbasi dari suatu kebudayaan, seperti  Forum (Romawi). Kota ini berkembang pada tempat yang strategis, misalnya di sekitar pelabuhan, tempat usaha, tempat peribadatan, atau pusat kegiatan lainnya. Tumbuhnya kota akibat kebudayaan biasanya dicirikan dengan tumbuhnya pusat jasa sebagai urat nadi perekonomian penyokong kegiatan kota tersebut. Pusat jasa yang berkembang melahirkan suatu pusat komunikasi berupa fasilitas publik, seperti ruang publik maupun gedung publik.

ROMAWI

Peradaban Romawi seringkali dikelompokan sebagai “klasik antik” bersama dengan Yunani kuno, sebuah peradaban yang menginspirasikan banyak budaya Romawi Kuno. Romawi Kuno menyumbangkan banyak kepada pengembangan hukum, perang, seni, literatur, arsitektur, dan bahasa dalam dunia Barat, dan sejarahnya terus memiliki pengaruh besar dalam dunia sekarang ini. Bangsa Romawi yang semula petani, setelah mengalahkan penguasa Etruskia kemudian menjadi bangsa penguasa besar dengan manaklukan wilayah yang luas sampai ke Laut Tengah. Bangsa yang semula petani ini kemudian menjadi masyarakat kapitalis dan materialis. Selain sebagai bangsa yang suka dengan perang bangsa Romawi juga mengumpulkan kekayaan sebagai modal usaha. Mereka membali ladang-ladang dan kemudian penggarapannya dilakukan oleh para budak yang didatangkan dari daerah-daerah jajahan.

Bangsa Romawi berasal dari masyarakat Agrikultur militer yaitu bangsa/kaum petani yang suka berperang dan berekspansi ke sekitar Laut Tengah, Eropa Utara dan Barat serta sebagian Asia dan Afrika. Bangsa ini berasal dan berbagai macam suku bangsa yang mendiami suatu wilayah. Kebudayaan Romawi berawal dan seni Eropa Barat yang diambil secara komprehensif. Mula-mula dianggap tahap dekadensi periode setelah Yunani pada bidang seni, namun secara total menyerap nilai seni yang sudah ada dari kebudayaan tersebut dan nilai-nilai yang terkandung ternyata sudah tidak asli dan bermutu rendah, sehingga Bangsa Romawi bisa dianggap sebagai penyebar dan pelestari peninggalan kebudayaan klasik, jadi dapat dikatakan sebagai Asimilator (menyatukan hasil karya orang lain) dan bukan Kreator.

 Kekaisaran Romawi mempunyai wilayah kekuasaan yang menyebar dan berkembang (ekspansif) di sekitar daratan Spanyol, Armenia, Inggris hingga Mesir. Dengan demikian masing-masing daerah tersebut diperlukan suatu coordinator wilayah kekuasaannya (Teritorial). Akibat luasnya daerah kekuasaan, bangsa Romawi mencetuskan kebudayaannya menjadi Internasionalisme Budaya (Cultur lnternationalism). Perbedaan-perbedaan gaya kekuasaan teritorialnya disatukan dalam satu gaya kepemimpinan yang dinamakan Gaya Imperial. Kerajaan Romawi merupakan suatu negara yang digolongkan sebagai “statesmanship” yaitu bangsa yang memiliki kemampuan sebagai negarawan (dengan kekuasaan yang bertumpu pada kekaisaran), atau Imperium Romanium.

Kondisi Masyarakat

Sejak dari raja-raja Etruscan pada tahun 500 SM hingga raja Julius Caesar pada tahun 100 SM bangsa Romawi tidak pemah mengalami masa Demokrasi seperti bangsa Yunani. Sehingga bangsa ini akan menerima segala keputusan/gagasan dari seorang pernimpin yang paling berkuasa dan tertinggi seperti  Dewa. Tugas bagi para pemimpin yang harus diemban adalah menaklukkan daerah-daerah perluasan sekiranya daerah tersebut mempunyai penguasa. Konsep kepemimpinan ini menjadi konsep dasar hukum bagi sistem kepemimpinan kekaisaran Romawi. Kekaisaran Romawi merupakan kumpulan ’koloni dan beberapa suku bangsa di sekitarnya diantaranya meliputi :

  • Etruska, datang dari bagian utara Mesopotamia, golongan Agraris dan Militeristik, konsep ke-Tuhanan bersifat Antropomorfik (Konsep Ketuhanan yang berupaya mempersonifikasikan sifat kekuasaan Tuhan sebagai manusia Dewa). Dalam bidang arsitektur bangsa ini sudah mengenal konsep konstruksi yang menggunakan sistem struktur pendukung post dan lintel serta kubah.
  • mempunyai sifat-sifat patriotisme dan selalu ingin berkuasa, rasional tetapi lemah dalam berfantasi, tidak halus, tidak sensitif dan tidak kreatif. Karya bangunan mereka kebanyakan mengambil begitu saja dari motif-motif yang sudah ada yang dikembangkan oleh masyarakat Yunani.
  • Colonia, bagian dari bangsa Yunani. Dalam bidang arsitektur bangsa ini membawa konsep Arsitektur yang telah berkembang di Yunani dan dibawa ke dalam budaya membangun bangsa Romawi.
  • Katrago, Masyarakatnya dikenal sebagai nelayan. pelaut kejam, merupakan musuh bangsa Yunani.

Latar Belakang Kebudayaan

Kebudayaan Romawi terbentuk berdasarkan elemen-elemen yang diambil dari kebudayaan Yunani, kebudayaan Etruscan (engineering ability dan utiliter architecture) dan kebudayaan Syria. Penduduk asli Romawi adalah bangsa prajurit sejati yang suka berperang sehingga memiliki karakter yang kuat dan lebih mencurahkan perhatiannya pada pekerjaan, negara, dewa dan juga keluarga. Bangsa Romawi mempunyai disiplin dan ambisi yang tinggi terhadap kekayaan dan penguasaan terhadap bangsa lain. Beberapa hal yang dapat dibedakan atau lebih diunggulkan dengan bangsa lain yailu:

  • Organisasi dalam masyarakat dan negara telah terbentuk mulai dari rakyat biasa atau prajurit hingga pimpinan yang tertinggi (kaisar).
  • Asimilasi budaya berasal dari gabungan kebudayaan Yunani, Etruscan dan Syria. Namun dengan perpaduan kebudayaan tersebut muncul satu karakter atau sifat kebudayaan baru, yaitu kebudayaan Romawi.
  • Hubungan dengan masyarakat pendatang sangat toleran dan bersifat terbuka, terutama pedagang yang berasal dari sekitar kekuasaan Romawi. Selama penduduk pendatang mau mengikuti peraturan yang berlaku dan menguntungkan bagi kepentingan kerajaan Romawi hubungan pendatang dan pribumi sangat baik.
  • Bangsa Romawi  memiliki satu prinsip yang sangat ambisius dalam hidup. Pandangan merekaadalah hanya melalui prinsip kerja yang keras maka akan menghasilkan apapun yang diinginkan. Ambisi menguasai alam dan lingkungan akhirnya melahirkan satu keterampilan yang dominan dalam konsep teknik dan ruang.

Karakteristik Arsitektur Romawi

  • Kemampuan dalam teknologi bangunan lebih maju dari pada bangsa Yunani, seperti dalam pembuatan saluran air dan pembuatan konstruksi busur/lengkung.
  • Penafsiran terhadap makna kehidupan dari segi fungsi dan sistem struktur sosial sangat kompleks. Kondisi ini sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku, tata cara hidup dan termasuk dalam tata bangunan. Setiap aktifitas kehidupan dalam struktur social kemasyarakatan seringkali diperingati dengan upacara-upacara atau pesta-pesta besar.
  • Konsep penataan bangunan dan landscape perkotaan dirancang secara integratif. Perancangan bangunan selalu berorientasi kedalan skala yang lebih luas atau dalam skala kota demikian juga sebaliknya.
  • Konsep perancangan menekankan pada pengertian bahwa ruang merupakan media ekspresi arsitektural. pada skala kota dan interior.
  • Skala bangunan bersifat monumental atau mengutamakan kesan agung. Ekspresi arsitekturnya terungkapkan melalui peralihan artikulasi detail.
  • Bentuk arsitektur mengesankan keanggunan formal yang berorientasi birokratik, tersusun secara sistematik, praktis dan variatif dalam langgam.

Konsep Ruang

  • Ruang merupakan konkretisasi dimensi waktu dan tindakan, bukan keabadian atau keteraturan statis.
  • Ruang bersifat self-contained bukan merupakan batasan fisik belaka, karena itu harus dibentuk, diartikulasikan dan diaktifkan.
  • Karakter lingkungan spatial terpadu, tidak ditentukan oleh ikatan situasi geografis tertentu.
  • Artikulasi ruang merupakan kontinuitas, irama, variasi, keteraturan, dinamis, sekuens dan aksialitas

 

KOTA ZAMAN ROMAWI KUNO

Grid pattern juga digunakan pada zaman Romawi Kuno. Orang-orang Romawi memperkukuhkan budaya dan pengaruh Yunani Kuno, dan menyebarkannya ke seluruh kerajaannya yang memerintah selama lebih kurang 1000 tahun. Pelabuhan Roma, ibukota kerajaan Romawi dibangun dengan grid pattern dengan penampilan dua jalan raya utama yaitu ‘Cardo dan Decumanus’ sebagai ikon perencanaan bentuk pelabuhan tersebut. Cardo dan Decumanus merupakan dua jalan raya utama yang bersilang pada sudut tepat pada arah Utara-Selatan dan Timur-Barat yang dibangun di sepanjang bangunan-bangunan dan monumen-monumen utama dalam pelabuhan Roma. Bangunan-bangunan tersebut merupakan bangunan utama pusat-pusat pemerintahan. Pembangunan dua jalan raya tersebut memberi banyak keuntungan pada kerajaan Romawi. Jalan raya ini mengurangi kesesakan traffic di kompleks bangunan pusat pemerintahan kerajaan karena lebar dua jalan raya ini lebih besar daripada jalan-jalan lain.

Roma menggunakan skala monumental dan lebih mengutamakan proporsi, bukan menggunakan skala manusia seperti pada zaman Yunani Kuno. Gereja St. Peter digunakan sebagai axis kota. Dua jalan raya tersebut meningkatkan nilai fungsi bangunan kerajaan sebagai objek dan ruang yang terpenting dalam pelabuhan Roma dibandingkan dengan bangunan-bangunan biasa yang lain, menonjolkan ikon pelabuhan Roma sebagai sebuah ibukota dan pelabuhan pemerintahan dalam kerajaan Romawi. Sistem ini juga digunakan di pelabuhan-pelabuhan lain termasuk pelabuhan-pelabuhan di tanah jajahan. Pelabuhan-pelabuhan ini diperintah oleh gubernur-gubernur yang dilantik oleh kerajaan pusat. Kompleks bangunan kerajaan dibangun oleh gubernur-gubernur Romawi sebagai tempat urusan pemerintahan. Sistem ini melambangkan kekuatan dan kemegahan kekuasaan kerajaan Romawi di tanah-tanah jajahan di sepanjang pantai Lautan Mediteranian. Model perencanaan bentuk ini dikenali sebagai perencanaan bentuk pelabuhan castrum yang berasal dari lokasi militer laskar-laskar Romawi yang dapat dijumpai di beberapa pelabuhan dalam Kerajaan Romawi dari pelabuhan Timgad di Algeria, Afrika Utara hingga pelabuhan Silchester di Inggris, Eropah Utara.

Pelabuhan Timgad, Algeria merupakan sebuah pelabuhan Romawi Kuno yang dibangun berlandaskan perencanaan bentuk pelabuhan castrum (kemiliteran) berdasarkan sistem grid. Dua fraksi utama yaitu Cardo dan Decumanus bertemu pada satu ruang bangunan Forum.

1

KOTA KLASIK ( ROMAWI)

Penduduk memiliki motivasi hidup selian kemanan juga karena adanya kekuatan politik dan organisasi ciri-ciri perancangan kota era romawi yaitu :

  • Tidak lagi menggunakan skala manusia karena proporsi disini mengacu pada hubungan harmonis
  • Proporsi bangunan biasa menggunakan modular
  • Dalam perancangan kota juga menggunakan modul yang abstrak
  • Dalam suatu kota benteng merupakan suatu bangunan yang utama untuk dibangunan terlebih dahulu

2

KOTA KOLONIAL ROMAWI ATAU KOTA MILITER

Kota kolonial Romawi adalah sistem jalan-gridion yang di kelilingi dinding. Dinding  dibangun pertama kali, kemudian bangunan dibangun kemudian. Secara tradisional, permukaan tanah diratakan sebelum dibangun dinding, mungkin untuk membentuk pola kota yang seperti “garis lurus”.  Kota kolonial dengan menekankan pola jalan, memperkenalkan gagasan klasifikasi jalan mayor dan minor, yang dinamakan sumbu “cardo” dan “decomanus” yang membagi kota menjadi empat bagian. Sistem perancangan kota tersebut sederhana tetapi mempunyai pola yang terorganisir dengan baik untuk bangunan-bangunan di dalamnya. Tempat publik dibangun teater, arena dan pasar, yang terletak pada sumbu kota, tetapi hanya sebagai bagian dari wilayah kota dan menjadi bagian elemen kota. Gambar berikut merupakan ilustrasi tata letak kota Kolonial Romawi

3

Forum 

Forum (Latin: Forum, Italia: Foro) adalah pusat kehidupan publik Romawi sebagai tempat  prosesi kemenangan dan pemilihan, tempat untuk pidato publik dan inti urusan komersial, yang berbentuk sebuah persegi panjang dikelilingi oleh gedung-gedung pemerintah di pusat kota (Gambar 4).

4

Kota Romawi memiliki dua kategori pola Forum, yaitu: (1) tumbuh tidak terencana menuju  bentuk yang komplek, entitas organik dari waktu ke waktu; (2) dibangun terencana, setelah adanya penghancuran kota Roma tahun 336 SM. Melalui kekuasan kekaisaran, perencanaan yang teratur dan prinsip-prinsip urban diperkenalkan. Area baru dibangun seperti pembangunan Imperial Forum.

Evolusi Forum terdiri dari tiga fase. Fase pertama yaitu pertumbuhan yang tidak terencana dari Forum Romanum, akumulasi dari perkembangan bangunan sedikit demi sedikit  dan pembangunan monumen-monumen, pembongkaran dan pembangunan kembali. Fase kedua adalah ketika Kaisar Yulius Caesar dan Agustus mencoba membenahi situasi yang tidak teratur menjadi kota yang teratur dengan tidak secara radikal tetapi melalui tahapan rekonstruksi, bangunan baru dan bangunan tambahan. Bangunan ini disebut sebagai The Republican Forum, yang berfungsi sebagai pusat kota dan pusat niaga dan sebagai awal mula permukiman Romawi.

5

Biasanya Forum dibangun sepanjang sungai Tiber. Karena lahan yang relatif sempit, luas Forum hanya sekitar 2,5 atau 3 Ha yang berdempet-dempet berdekatan satu sama lain. Republican Forum merupakan kumpulan bangunan yang campur aduk yang membentuk ruang yang tidak teratur . Forum tersusun sebagai indivisual obyek dengan hubungan antar bangunan yang tidak formal.

6

Bangunan penting di  dalam Forum adalah bangunan senat atau “curia”. Adapun bangunan di Republican Forum merepresentasikan pembangunan kekuatan politik yang semakin meningkat. Peta Forum Romawi selengkapnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

7

Forum ketiga lebih lama, meliputi pembangunan pembangunan keseluruhan bangunan baru sebagai kumpulan Forum, diluar forum romanum. Forum imperial dirancang dengan menghargai bangunan sebelumnya yang menciptakan keteraturan secara total. The imperal Forum ( 27M-476M) merupakan perluasan dan Republicon Forum sepanjang periode kekaisaran romawi. Imperial Forum dibentuk dari alun-alun, rectilinear dan semicircular plaza, masing-masing dibentuk oleh kolom-kolom dan bangunan focial point, yaitu kuil atau basilica yang terletak diakhir ruang. Imperial forum mempunyai kejelasan artikulasi ruang dengan kerangka ruang yang teratur dibentuk oleh bangunan-bangunan.

8

The plateia (pλateίa) yunani kuno – alun-alun umum atau alun-alun kota adalah model digunakan sebagai dasar untuk Forum romawi. Dalam periode imperial gedung-gedung publik terbesar yang penuh sesak sekitar alun-alun pusat telah berkurang menjadi area terbuka yang berbentuk sebuah persegi panjang sekitar 130 X 50 meter, fungsi penting dari Forum baik Republic Forum atau Imperial Forum adalah untuk melayani sebagai tempat memuncak untuk prosesi militer pearayaan yang dikenal sebagai triumphs dan jamuan makan mewah publik pun terjadi di atas Forum. Gambar berikut adalah ilustrasi Imperial Forum yang berdampingan dengan Republican Forum.

9

Aquaduct

Sejalan dengan berkembangnya teknologi pembangunan pada zaman romawi, yang pada awalnya dari bahan natural (sangat tergantung bahan, sehingga bentukan yang terjadi memiliki kecenderungan kaku), berkembang menjadi bentuk yang lebih geometris, seperti bentuk arch ( busur lengkung ), vault dan dome. Bentukan ini diterapkan pada bangunan istina, gudang dan aquaduct. Aquaduct Adalah bangunan pada zaman romawi, yang mencirikan perkembangannya suatu sistem utilias pertama berupa tangki air untuk keperluan kota.

10

PERKEMBANGAN RUANG PUBLIK PADA MASA ROMAWI

Sementara itu di Romawi, tatanan bangunan sangat dipengaruhi oleh sistem pemerintahan yang unggul di militer. Pembuatan ruang-ruang sering muncul karena latar belakang strategi untuk menjebak musuh, seperti gerbang benteng (sistem castrum), salah satu ciri khas kota militer Romawi. Romawi juga terkenal dengan masyarakat kosmopolitan yang pertama, dimana pemerintahannya sangat memanjakan masyarakatnya dengan fasilitas baru, misalnya fasilitas olah raga, tempat pertemuan dan tempat hiburan. Sistem grid juga mulai dipakai seperti pola pemukiman berbentuk kuadran. Pada abad pertengahan,di Romawi timbul gejala dimana Gereja menjadi pusat kekuasaan. Dalam tatanan arsitektur, gereja sebagai bangunan utama (focal point), dan pemukiman penduduk berkembang di sekitarnya. Tanah pertanian pada umumnya berkembang di luar benteng. Benteng-benteng dibuat untuk keperluan pertahanan, sehingga polanya organis, tanpa pola hirarkhi yang jelas. Jalan pada umumnya sempit dan berbentuk lorong untuk menjebak musuh. Pertemuan lorong membentuk node, sebagai tempat warga beraktivitas. Ruang terbuka berupa halaman depan gereja yang disebut parvis, yang berguna sebagai tempat umat berkumpul. Hal ini merupakan kemunduran dari masa sebelumnya (periode klasik), yang telah mengenal public facility.

 

Karakteristik Kota Romawi

Terdiri dan jalur sirkulasi yang mempunyai sistem hirarki atau pembagian

  • Jenjang jalan terdiri dari : Jalan Arteri (Cardo) untuk kawasan pemerintahan yang menghubungkan jalur Utara-Selatan kota Roma, Jalan Kolektor (Decusmanus) untuk daerah Pemerintahan (Domain), Apartemen (Insule) dan Ruang Terbuka (Tempulum) yang menghubungkan jalur Timur-Barat,  Jalan lingkungan (Prinsipia) dan Lorong (Path) untuk hunian. Pada pertemuan jenis jalan tersebut dinamakan simpul (Nodes), biasanya diletakkan pintu-pintu gerbang (Triumphal-Arches). Jalur Utara-Selatan dan Timur-Barat diakhiri dengan empat benteng Kota. Citra kota menekankan pada aspek keteraturan  kosmik (Cosmik Order) dengan mengacu pada lata letak berskala besar dengan pola grideon. Citra spatial kota ini mempunyai sifat tidak berubah-ubah (non arbitrary), ortogonal, dan memasukkan unsurunsur ruang memusat, vertical dan berorientasi arah mata angina (Cardinal).
  • Pemisahan yang jelas antara daerah sekitar pemukiman (Periphery Bloks) dengan kawasan penghijauan taman kota/lanskap. Ruang-ruang kota mempunyai interaksi sistematik dengan bangunan di sekitarnya.
  • Fasade bangunan kota merupakan rangkaian (sequence) dan tipikal kolonade yang menampilkan efek perspektif meluas.

KESIMPULAN

Peradaban Romawi kuno tumbuh dari negara-kota Roma didirikan di Semenanjung Italia di sekitar abad ke-9 SM. Perabadan Romawi kuno di golongkan dalam klasik antik. Romawi Kuno menyumbangkan banyak kepada pengembangan hukum, perang, seni, literatur, arsitektur, dan bahasa dalam dunia Barat, dan sejarahnya terus memiliki pengaruh besar dalam dunia sekarang ini. bangsa Romawi mencetuskan kebudayaannya menjadi Internasionalisme Budaya (Cultur lnternationalism). Zaman Romawi kuno menggunakan skala monumental dan lebih mengutamakan proporsi.

Di Romawi, fasilitas publik yang berkembang adalah Forum, yang merupakan metamorfosa  dari bentuk Agora( yunani kuno ).Sarana ini dipergunakan oleh penguasa untuk mendemontrasikan kekuasaannya dihadapan masyarakat.  Forum dalam perkembangannya, didukung oleh tempat berkembang suatu pemukiman di sekitarnya. Pada akhirnya Forum berkembang sebagai pusat kegiatan beragama. Perkembangan daerah sekitar secara kosmologis terstruktur memusat ke Forum, sebagai penghormatan masyarakat kepada Pencipta dan penguasa.Arsitektur Romawi lebih mengutamakan fungsi (utilitarian), kontruksi bangunan dan suasana(grandeur).

DAFTAR PUSTAKA

Gosling, David & B. Maitland (1984). Concepts of Urban Design, St. Martin’s Press, New York.

Istiqomah, Gita Nur. DKK. 2014. Architecture Yunani Kuno.

Krier, Rob (1979). Urban Space. New York: Rizolli.

Mariana Yosica. 2011.Kompleksitas Ruang Publik (Public Space): Agora, Yunani Dan Forum, Romawi.  ComTech Vol.2 No. 2 Desember 2011: 1359-1371

Maulana, Annas. 2013. Sejarah Arsitektur: Arsitektur Klasik.

Moughtin, Cliff. (1992). Urban Design Street and Square. Oxford: Architectural Press.

Spreiregen, Paul. D (1965). The Architecture of Towns and Cities, McGraw-Hill Book Company, New York.

Urban Design. In Wikipedia. Diakes dari http://en.wikipedia.org/wiki/Urban_design

Link literatur

http://amarmarufzarkawi.blogspot.co.id/2012/11/peradaban-yunani-dan-romawi-kuno.html

http://faniurbandesigner.blogspot.co.id/2011/01/sejarah-perkembangan-kota.html

http://laksmanaana.blogspot.co.id/2013/04/sejarah-dan-perkembangan-kota_3.html

http://www.tutorialut.web.id/2015/04/sejarah-perkembangan-kota-dan_7.html

 





Siantar Waterpark

1 05 2020





Berastagi Medan

1 05 2020





Sibolang Durian Medan

1 05 2020





Kota Bandung Malam Hari

1 05 2020





Riverview Cafe Kisaran

1 05 2020





Alun-Alun Kota Kisaran

1 05 2020





Floating Market Lembang Bandung

1 05 2020