Terbentuknya kota terjadi melalui proses yang bervariasi selama kurun waktu tertentu. Kota merupakan hasil karya peradaban manusia yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan dari dulu sampai sekarang. Wujud perkembangan kota pada hakekatnya merupakan jejak peradaban yang ditampilkan sepanjang sejarah kota sebagaimana perwujudan proses yang panjang (Budihardjo, 1996), identias tidak bisa diciptakan pada suatu saat saja (seketika) seperti budaya dadakan, jadi perwujudan suatu kota merupakan manifestasi dari berbagai kegiatan masyarakat, sehingga kota mencerminkan suatu bentuk simbol kehidupan ekonomi, sosial, budaya dan politik masyarakat.
Perkembangan dan bentuk struktur fisik suatu kota dapat diketahui melalui perubahan elemen-elemen kota sebagai pembentuk ruang kota. Elemen tersebut merupakan elemen fisik dan non fisik. Elemen fisik meliputi sarana transportasi, pasar, pusat pemerintahan, ruang terbuka, pusat peribadatan, tempat permukiman dan sebagainya, sedangkan elemen non fisik adalah manusia dengan segala aktivitasnya.
Menurut Wirth (dalam P.J.M. Nas, 1979), kota adalah suatu permukiman yang relatif besar, padat, permanen, dan di huni oleh orang-orang yang kedudukan sosialnya bervariasi. Sedikit kota yang kebudayaannya tinggi dimulai dengan sebuah rencana.
Menurut Gallion dan Eisner (1992) , keragaman bentuk kota merupakan hasil dari kekuatan tertentu yang dominan selama masa tertentu dalam sejarahnya.Kota-kota tersebut berkembang melalui suatu proses pertumbuhan. Perkembangannya tidak teratur, responsif terhadap perubahan kebiasaan penduduk, dan bersifat suka rela. Bentuk eksternal dan pola fisik kota dibentuk sesuai dengan struktur tanah itu sendiri atau cara tanah tersebut dibagi di antara penduduknya. Kota-kota sejak jaman dahulu telah mengalami proses perubahan bentuk terus menerus sepanjang masa.
Tujuan penyusunan esai adalah mendeskripsikan sejarah perkembangan dan perubahan paradigma perencanaan kota dengan mengidentifikasi karakteristik perancangan kota pada setiap periode dan faktor – faktor yang mempengaruhi pola perancangan kota. Metode Penulisan esai menggunakan metode studi literatur (Literatur Research) dengan mendeskripsikan beberapa materi yang berhubungan dengan sejarah perubahan paradigma perancangan kota melalui sumber buku, artikel, jurnal, dan sumber lainnya.
- MASA PRASEJARAH
Kehidupan dimulai sejak masa prasejarah, dimana manusia hidup dengan mengekplorasi alam. Mereka mencari makan dan hidup dengan bergantung pada alam. Untuk menandai batas wlayah mereka menggunan batas alam berupa sungai, hutan, lembah, atau gunung. Kehidupan manusia pada masa ini belum menetap atau masih berpindah-pindah (nomaden). Mereka bertahan hidup dan berlindung dari musuh atau binatang buas dengan tinggal di gua, pohon atau tenda dari kulit binatang. Kehidupan manusia dimulai pertama sekali didalam gua untuk berkumpul dan berlindung serta bertahan dari suku-suku lain atau musuh mereka. Menurut Lewis Mumford dalam Gallion dan Eisner (1992) menyatakan bahwa sejak zaman neolitik manusia melakukan kebiasaan berkumpul di gua-gua atau dinding batu yang dilubangi untuk bertahan hidup dan melakukan upacara magis.
Setelah mengenal alat (batu, besi, roda) barulah manusia mulai hidup menetap dengan membudidayakan makanan melalui bercocok tanam, beternak, dan memelihara ikan. Pada masa ini timbul kelompok-kelompok petani, pedagang, prajurit, dan pemimpin. Seiring perkembanganya kemudian tempat-tempat berkumpul tersebut menjadi bentuk perkampungan yang berada disekitar lahan pertanian yang subur dan sumber-sumber air. Perkampungan awal ini tumbuh disekitar Laut Tengah dan sungai-sungai Nil, Eufrat, dan Tigris yang menjadi awal kehidupan kota dengan penguasa sebagai pemimpinnya.
KOTA ZAMAN KUNO
- Kota Mesopotamia / Babilonia (4000-3000 SM)
Mesopotamia terletak di antara dua sungai besar, Eufrat dan Tigris. Daerah yang kini menjadi Republik Irak itu di zaman dahulu disebut Mesopotamia, yang dalam bahasa Yunani berarti “(daerah) di antara sungai-sungai”. Daerah ini biasa disebut daerah subur bulan sabit, karena tanahnya yang subur dan menyerupai ulan sabit. Kota Mesopotamia kuno secara geografis tidak memiliki benteng/perlindungan alam suatu kota, hal ini menyebabkan kota tersebut seringkali dikuasai bangsa asing silih berganti. Meskipun dalam perancangan kotanya sudah menerapkan sistem kota benteng dengan membangun benteng di garis luar kota Msopotamia dengan dilengkapi parit-parit.
Beberapa ciri kota di era Mesopotamia antara lain:
- Motivasi masyarakat tinggal di kota tersebut adalah untuk jaminan keamanan dan peribadatan
- Berbentuk kota benteng (dikelilingi benteng-benteng)
- Pusat kota/benteng berupa zigurat sebagai kuil penyembahan dewa
- Memiliki karakter kota taman gantung
Mesir Kuno (1400 SM)
Kota-kota (Kahun dan Giza) yang dibangun pada masa ini berdasarkan kehendak penguasa Firaun dalam upaya menampung budak dan tukang yang teribat dalam pembangunan Piramid. Sel-sel berupa barak dari bata yang padat dibangun dengan gang sempit yang difungsikan sebagai jalan dan saluran limbah. Tembok-tembok dibangun untuk perlindungan kota dari banjir musiman.
Di tepi sungai Nil juga dibangun kota kuil oleh penguasa Firaun yang memiliki jalan besar monumental, plaza-plaza kuil yang luas, dan makam makam sebagai saksi kehidupan mewah para bangsawan. Setiap kota di benteng untuk menghindari serangan musuh. Rumah-rumah penduduk dipadatkan dengan jalan-jalan sempit yang diletakkan dengan pola tegak lurus.
Perancangan kota pada masa Mesir kuno memiliki ciri sebagai berikut :
- Tidak memiliki benteng yang mengeliingi kota
- Bentuk kota yang grid
- Perumahan penduduk saling membelakangi
- Perumahan besar berderet disepanjang jalan besar
- Penduduk bergerak dibidang pertanian dan konstruksi bangunan
KOTA KLASIK
Yunani (500 – 146 SM)
Pada masa abad kedelapan SM kekuasaan dipegang oleh bangsawan pemilik tanah yang kaya. Kelompok bangsawan memegang sebagian pengaruh yang semula dimiliki para raja. Benteng-benteng istana sebagai pertahanan mulai menghilang dan diganti dengan kuil-kuil tempat persembahan kepada dewa-dewa Yunani yang berada ditempat tinggi yaitu Acropolis. Kaum Bangsawan mengambil alih kekuasaan raja, mendominasi kota, dan menindas kaum petani.
Pada abad kelima SM demokrasi dan keteraturan moralitas yang tinggi muncul di Athena. Pendidikan politik, kebebasan berbicara dan berdiskusi mulai diterapkan dalam kehidupan yang tercermin pada kuil-kuil di Acropolis. Tempat tinggi atau bukit sangat disakralkan sebagai tempat para dewa sehingga menjadi tempat peribadatan.
Di masa awal demokrasi Athena, Yunani memiliki jaringan tidak teratur dari lorong yang diperkeras dan kurangnya saluran air dan sanitasi. Air dibawa dari sumur-sumur setempat dan sampah dibuang ke jalanan. Tidak ada istana melainkan kuil-kuil dan bangunan umum yang sedikit. Tempat pertemuan umum di ruang terbuka yang disebut pnyx. Pusat kegiatan perkotaan yang disebut Agora / pasar berbentuk tidak teratur. Hunian orang kaya dan penduduk miskin tidak memiliki perbedaan dan sebagian besar dikelilingi oleh tembok pelindung.
Pada kota terdapat Agora sebagai pusat bisnis dan kehidupan politik yang disekitarnya terdapat toko-toko dan kios-kios pasar. Agora terletak dipusat kota dengan jalan utama timur-barat dan utara-selatan mengarah padanya. Agora berbentuk geometris dengan ruang terbuka berbentuk persegi yang dikelilingi kolom-kolom serambi. Jalan-jalan berakhir di Agora dan tidak melaluinya. Lalu lintas dan sirkulasi pejalan kaki berada pada ruang terbuka.
Sumber : Spreiregen, 1965
Seorang arsitek bernama Hippodamus dari Miletus mengemukakan teori-teori positif dalam seni dan ilmu perencanaan kota. Hippodamus menciptakan sistem jalan gridiron untuk mendapatkan pengaturan yang rasional dari bangunan dan sistem sirkulasinya. Blok-blok dibentuk untuk memberikan orientasi yang benar bagi rumah-rumah di dalamnya. Penggunaan fungsional bangunan dan ruang-ruang umum diakui dalam peletakan jalan-jalan. Pengaturan tersebut memungkinkan sirkulasi manusia dan kendaraan tanpa mengganggu orientasi bangunan atau tempat pertemuan manusia di pasar.Bentuk geometris yang kaku menciptakan banyak jalan terjal. Pergerakan orang (sirkulasi) hampir seluruhnya berjalan kaki. Jalan-jalan sebagai lalu lintas utama dibuat untuk sirkulasi kendaraan berkuda yang memasuki kota.
Perancangan kota masa Yunani memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- Perancangan memiliki pandangan yang dominan terhadap keterbatasan sebagai ide yang terukur
- Perancangan kota menggunakan skala manusia
- Kegiatan bersifat publik (pertemuan)
- Motivasi hidup untuk berlindung atau mencari keamanan
- Romawi (500 – 324 SM)
Pada masa ini dikenal pandangan Pax Romano dimana keberhasilan dalam menaklukan wilayah lain membuat Romawi membangun jalan-jalan di seluruh imperiumnya dari Inggris sampai Babilon dan dari Spanyol sampai Mesir. Pembangunan jalan bertujuan untuk memperlancar telekomunikasi dan perdagangan dari Roma dan memudahkan pasukan bergerak untuk pengamanan dan menumpas pemberontakan.
Orang Romawi adalah organisator penghitung yang berprestasi teknis dan merupakan insinyur-insinyur yang ahli dalam pembangunan kota sehingga menjadi perencana wilayah yang pertama. Sistem penyediaan, pendistribusian, sistem drainase, dan metoda pemanasan mulai dikembangkan. Selain motivasi keamanan perancangan kota juga dipengaruhi adanya kekuatan politik dan organisasi. Pada masa ini dibangun kota militer diseluruh Imperium dengan tujuan untuk menegakkan citra hukum dan ketertiban. Bentuk-bentuk hiburan umum untuk masyarakat disajikan melalui bentuk pertempuran meriah di Colosseum, sandiwara di teater dan pesta di forum.
Kota Romawi merupakan kota yang terencana dengan gridiron (struktur jaringan jalan yang terarah) berbentuk persegi panjang. Kota didominasi dengan pusat keagamaan dan pemerintahan dan terdapat sarana rekreasi berupa ruag terbuka hijau dan sarana pemandian. Pada Kota terdapat pola axis dimana jaringan jalan dari atas ke bawah (pusat kota ke daerah pengaruh).
Perancangan kota masa Romawi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- Proposi mengacu pada hubungan harmonisasi
- Proposi bangunan menggunakan sistem modular
- Dalam perancangan kota menggunakan modul yang abstrak
- Benteng dibangun terlebih dahulu karena menjadi bagian utama dari bangunan
- Kemampuan teknologi bangunan lebih maju seperti pembuatan saluran air konstruksi busur/lengkung.
- Penafsiran makna kehidupan dari segi fungsi dan sistem struktur sosial sangat kompleks.
- Konsep penataan bangunan dan landscape perkotaan dirancang secara integratif.
- Konsep perancangan menekankan pada skala kota dan interior.
- Skala bangunan bersifat monumental atau mengutamakan kesan agung.
- Bentuk arsitektur mengesankan keanggunan formal yang berorientasi birokratik, tersusun secara sistematik, praktis dan variatif dalam langgam.
Sumber : Spreiregen, 1965
- KOTA ABAD PERTENGAHAN (800 – 1200 M)
Kekaisaran Romawi runtuh sampai abad kelima Masehi akibat kesombongan, kemewahan dan kebiasaannya sendiri sehingga menimbulkan masa kegelapan. Masa kegelapan mulai membaik pada periode abad pertengahan. Kota awal abad pertengahan didominasi oleh gereja atau biara dan kastil penguasa. Halaman gereja menjadi pasar perdagangan dengan gedung perserikatan disebelahnya. Posisi katedral/gereja membentuk satu kesatuan kota yang diperkuat oleh lingkungan tembok disekelilingnya. Kastil dikelilingi oleh temboknya sendiri sebagai perlindungan akhir dari musuh.
Kemunduran masa Romawi menjadi awal kemunculan kota-kota abad pertengahan. Komunitas-komunitas baru berkembang pada lokasi dan tapak yang subur menjadi kota hidup dan berkembang. Pada masa ini muncul tuan tanah – tuan tanah (feodalisme) yang berpengaruh terhadap perkembangan kota.
Ciri perancangan kota pada masa abad pertengahan ini antara lain:
- Motivasi hidup juga untuk keamanan dan mengembangkan persaudaraan (Sosialitas)
- Kota benteng yang ada, sedikit demi sedikit dikuasai oleh biara-biara, sehingga menjadikan biara tersebut sebagai pusat kota.
- Benteng yang melindungi kota berbentuk melingkar.
- Kota kecil di sekitar biara dan benteng tumbuh secara natural dari pintu gerbangnya hingga membentuk jaringan jalan dan berpola radiocentric (radial).
- Awalnya kota berupa kota benteng yang biasa dilukiskan dengan ilustrasi suatu pemandangan kota dengan benteng dari jarak jauh, selanjutnya menjadi suatu kota yang hidup dengan kasta-kasta biara dan terdapat banyak pedagang dan biarawan.
- Memiliki pandangan keterbatasan ruang seperti era Yunani dan mulai menggunakan penataan abstrak seperti aksis.
- Menggunakan skala manusia.
- Kota di abad pertengahan bersifat tangibel/terlihat atau mudah dikenalidan tidak disorientasi. Sebagai contohnya, suatu koridor jalan akan memperlihatkan suatu menara gereja dimana selalu terlihat sepanjang jalan itu, sehingga bisa digunakan sebagai ancar-ancar sehingga tidak akan tersesat.
- Menghindari long vista.
- Tidak memiliki hierarki jalan.
Sumber : Spreiregen, 1965
Kota-kota abad pertengahan mulai dibangun pada abad ke-11 sampai abad ke-15 yang ditujukan untuk kepentingan kegiatan perdagangan, pemasaran dan pertanahan. Kota abad pertengahan yang tumbuh menjadi besar, antara lain adalah :
- Florence yang merupakan tempat kedudukan dari kekuatan politik;
- Venesia yang tumbuh menjadi pusat perdagangan dunia;
- Siena yang terbagi menjadi beberapa kelompok politik yang menguasai topografi tertentu yang disatukan oleh sebuah piazza berbentuk kerang bernama Piazza del Campo;
- Paris yang tumbuh menjadi pusat perdagangan dunia.
http://www.tutorialut.web.id/2015/04/sejarah-perkembangan-kota-dan_7.html
Penemuan mesiu pada abad ke-15 telah merubah struktur kota abad pertengahan. Di luar kota benteng dibangun tembok-tembok baru agak jauh dari kota untuk membentuk suatu kawasan penyangga yang disebut ”daerah tak bertuan” yang difungsikan untuk menampung jatuhnya peluru meriam musuh agar tidak mencapai tembok kota. Pasca abad pertengahan muncul aliran renaissance dan pemikiran yang mengombinasikan ilmu pengetahuan (berpegang pada rasio) dan kekuatan modal. Kota-kota terlihat lebih artistik dengan munculnya seni.
Sumber : http://www.tutorialut.web.id/2015/04/sejarah-perkembangan-kota-dan_7.html
- Renaissance (1400-1500 M)
Sebelum era Renaissance, di abad XV dimana merupakan fajar ilmu pengetahuan, ditemukan bubuk mesiu sehingga di era Renaissance memiliki motivasi hidup yang berbeda dari era-era sebelumnya, karena kota benteng di era ini sudah tidak berfungsi lagi, karena senjata perang bisa menggunakan bahan peledak yang bisa meledakkan benteng sekalipun. Beberapa ciri yang bisa diambil dari kota di Era Renaissance antara lain:
- Era Renaissance dimulai pada tahun 1440
- Bentuk kota bintang dengan jalan yang bercabang dari titik pusatnya. Titik pusatnya biasa berupa gereja/biara.
- Perancangan on paper (diatas kertas)
- Bentuk bangunan simetris penuh dan bersifat utopian.
- Motivasi hidup terutama untuk bersosialitas dan peribadatan ditandai dengan gereja sebagai pusat kota
Sumber : Spreiregen, 1965
- Baroque (1700-1800 M)
Arsitektur Renaissance yang cenderung menerapkan simetris murni, menimbulkan kesan monoton, sehingga para seniman di era Baroque (1600-1750) mencoba bereksperimen dengan memvariasi karya seni dengan melebih-lebihkan komposisi warna atau efek sehingga menimbulkan kesan tidak realistik dan berlebihan. Era baroque merupakan suatu era perubahan dari Renaissance yang cenderung simetris menjadi bentuk-bentuk dinamis, lengkung, dan berlebihan. Pada era Baroque, juga dikenal hedonisme dan peleburan elemen arsitektural dalam perancangan kota seperti implementasi patung/sculpture dalam perancangan kota di era Baroque.
Kota-kota di era Baroque menerapkan konsep bangunan peribadatan sebagai pusat pemerintahan, hal ini bisa diterka bahwa masyarakat era Baroque memiliki motivasi hidup bersosialitas. Beberapa poin ciri-ciri arsitektur Baroque antara lain:
- Denah di bagian sudut diselesaikan dengan bentuk lengkung
- Pilar-pilar berpilin
- Ornamen membentuk 3 dimensi sehingga muncul keluar
- Banyak menggunakan hiasan pahatan dan menggunakan warna-warna cerah
Sumber : http://arsimalang.blogspot.co.id/2015_11_01_archive.html
Selama abad pertengahan jumlah kota meningkat dengan cepat dengan jumlah penduduk sedikit. Air bisa didapat pada pancuran kota, saluran sanitasi tidak ada dan pembuangan air limbah melalui jalanan. Kekurangan ini dapat tertutupi dengan jumlah penduduk yang sedikit. Kota Neo Klasik (Abad 15-16) menjadikan gereja sebagai orientasi utama dengan plaza-nya yang luas.
Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan peningkatan penduduk kota mengakibatkan kepadatan di kota. Lalu lintas beroda meningkat, jalan sempit menjadi macet, gelap, dan kotor. Kota menjadi perkampungan kumuh dengan adanya perbedaan pendapatan antara kaun bangsawan dan pendeta yang memiliki pengaruh luas. Kota Neo Klasik memiiki seni dan arsitektur yang berpengaruh pada karakteristik perancangan monumental seperti setiap ruang memiliki sumbu dan lapangan-lapangan formal.
- KOTA REVOLUSI INDUSTRI
Revolusi industri ditandai dengan adanya penemuan mesin uap oleh James Watt tahun 1769 pada abad kesembilan belas. Zaman mesin menimbulkan peningkatan produksi barang dan pertumbuhan perdagangan sehingga tempat pengolahan dipindahkan dari rumah ke pabrik-pabrik pengolahan yang terpisah dengan jarak yang jauh.
Sumber : https://anstone.files.wordpress.com/2020/06/4e86b-kotajamandulu.jpg
Pabrik-pabrik yang hadir membuat jumlah tenaga kerja bertambah sehingga permintaan permukiman pekerja, sekolah, dan toko-toko disekitarnya semakin meningkat. Kondisi ini mendorong munculnya pemikiran untuk membangun perumahan pekerja dalam skala besar. Ada beberapa tokoh yang membangun kota buruh yaitu :
- Robert Owen yang membuat rencana awal di New Larnak Inggris (785-1799).
- Sir Titus Salt, yang membangun kota buruh Saltaire; untuk menampung
3.000 buruh pabrik tekstilnya. - Keluarga Krupp membangun beberapa kota kecil dekat Essen Jerman untuk
buruh pabrik senjata dan mesiu.
Sumber : http://www.tutorialut.web.id/2015/04/sejarah-perkembangan-kota-dan_7.html
Sistem perindustrian berimbas pada pentingnya transportasi baik untuk distribusi barang ataupun pekerja. Akhirnya muncul alat transportasi berupa kapal uap, kereta api uap, dan kereta api listrik. Kota menjadi lebih terbuka dengan dibangunnya infrastruktur rel kereta api yang menghubungkan ke daerah luar kota. Hadirnya mesin-mesin pengangkut ini menimbulkan permasalahan kemacetan yang semakin besar di dalam kota. Setelah gagal mengatasi kemacetan kota, kereta api listrik pindah ke bawah tanah sampai muncul alat transportasi seperti kendaraan dengan mesin bermotor. Selain kemacetan kota juga menghadapi masalah serius terhadap polusi udara dan air akibat kegiatan industrialisasi.
Pada masa ini perkembangan komunikasi ditandai dengan adanya radio, televisi dan komputer yang memudahkan pengiriman informasi. Selain itu upaya kesehatan dan keselamatan umum semakin diperluas dengan adanya sistem penyediaan air menggunakan gaya gravitasi. Metode pembuangan dan pengolahan air kotor mulai diperbaiki.
Karakteristik Perencanaan Kota pada Era Revolusi Industri
- Konsentrasi industri menyebabkan ketimpangan (kekurangan rumah) bagi pekerja
- Transportasi sebagai prioritas
- Terjadi konsentrasi industri di pusat kota
- Kaum elit pindah ke pinggiran kota (suburban)
- KOTA PASCA REVOLUSI INDUSTRI
- Garden City
Pada awal abad XX terjadi gerakan reformasi sebagai reaksi terhadap tumbuhnya kota-kota industri. Di Inggris terbit UU Kesehatan akibat keadaan lingkungan masyarakat yang buruk, peraturan tentang zonasi (penggunaan/tata guna lahan), tinggi bangunan dan lainnya.
Pertumbuhan kota yang terjadi pada masa revolusi industri menimbulkan permasalahan lingkungan yang buruk dari polusi udara pabrik dan kondisi sanitasi yang tidak baik. Kondisi ini mendasari pemikiran Ebenezer Howard dalam pembentukan Kota Taman (Garden City). Munculnya gagasan Garden City oleh Ebenizer Howard sebagai gambaran kota ideal guna memerangi kepadatan kota industri dan manusia harus kembali ke alam (back to nature). Pada Garden City, kota ini merupakan subsistem dengan pusat kota (CBD) yang dikelilingi taman. Konsep Garden City berkembang menjadi Neighbourhood Unit.
Sumber : https://anstone.files.wordpress.com/2020/06/4e86b-kotajamandulu.jpg
Kelemahan Garden City karena kurang realistis jika diterapkan di negara berkembang, karena alasan sebagai berikut.
- Lahan dikuasai swasta
- jumlah populasi maksimum 3000 jiwa
- lahan pertanian yang mengitari kota minimum 5X lahan yang dikuasai swasta
- Kota Modern
Pada Kota-kota modern terlihat penggunaan teknologi canggih seperti listrik, elevator, AC dan ditandai dengan munculnya bangunan-bangunan pencakar langit di perkotaan. Kegiatan bisnis berkembang seperti bank, asuransi, pasar modal, industri dan peraturan zoning sehingga mempengaruhi perkembangan kota-kota modern. Salah satu contoh kota modern yang berkembang adalah New York.
Sumber : https://anstone.files.wordpress.com/2020/06/4e86b-kotajamandulu.jpg
Pada era modern motivasi masyarakat hidup yang paling utama bukan lagi karena faktor keamanan tetapi untuk memenuhi kebutuhannya. Kota membentuk pola yang jelas seperti linear, grid, dan radial. Penggunaan material lebih modern yaitu dengan baja dan kaca. Penggunaan media lahan tidak terfokus pada tanah saja tetapi sudah memanfaatkan laut dan perairan.
- Kota Utopian
Masalah perkotaan yang semakin kompleks membuat pemikiran baru dari para visioner untuk mengatasinya seperti :
- Edgar Chambless dari Amreika mengusulkan kota dengan bangunan menerus yang bagian atapnya dapat dilewati kendaraan yang dikenal dengan “Motopia”
- Eugene Henard dari Perancis mengenalkan konsep “The Cities of The Future” dengan jaringan jalan bawah tanah dan pesawat yang bisa mendarat diatas bangunan.
- Antonio Sant’Elia menggagas konsep metropolis bernama “La CItta Nuova” yaitu sebuah kota berbasis pergerakan transportasi vertikal maupun horizontal.
- Richard Buckminster Fuller dengan teori dymaxion yang menghasilkan bangunan dan kota berbentuk kubah yang bisa dibangun dimana dan kapan saja. Bagian kota yang berada didalam kubah bisa diatur temperatur, pencahayaan, kelembaban, kecepatan angin, hujan, salju, sesuai yang diinginkan.
Sumber : https://anstone.files.wordpress.com/2020/06/4e86b-kotajamandulu.jpg
Inteligent city yang dibangun oleh Mitshubishi di Jepang dengan mengandalkan teknologi informasi.
Sumber : https://anstone.files.wordpress.com/2020/06/4e86b-kotajamandulu.jpg
Floating City sebuah gagasan manusia untuk mengatasi keterbatasan lahan dan memanfatkan ruang laut dan perairan.
Sumber : https://anstone.files.wordpress.com/2020/06/4e86b-kotajamandulu.jpg
- KESIMPULAN
Tabel Kesimpulan
No | Era/zaman | Tahun | Motivasi tinggal | Karakter Kota | Hierarki tertinggi | Pola Jalan | Proporsi | Teknik Desain | Keterangan |
1 | Babilonia/ Mesopotamia | 4000-3000 SM | – Jaminan Keamanan – Peribadatan | Kota benteng | Zigurat dalam benteng | Grid | Meskipun dibangun benteng, namun tidak didukung faktor alamnya, sehingga tetap mudah dikuasai bangsa lain. | ||
2 | Mesir Kuno | 1400 SM | – Jaminan keamanan | Kota benteng | Piramida | Grid | Bukan merupakan kota benteng karena pengaruh Fir’aun yang sangat berkuasa dan menjamin keamanan warganya | ||
3 | Yunani | 500-146 SM | – Jaminan keamanan | Kota benteng | Partenon/Kuil | Grid | Golden section dan human scale | On site | Kegiatan bersifat publik banyak dilakukan di rumah daripada di jalan. Menerapkan konsep serial of vista dalam perancangan Acropolis |
4 | Romawi | 500-324 SM | – Jaminan keamanan – Politik dan organisasi | Kota militer-Kota Koloni | Pusat pemerintahan | Grid | Hubungan harmoni tiap elemen bangunan | On paper | Perancangan menggunakan modul-modul yang besar mencerminkan kekuasaan politik mendominasi era Romawi |
5 | Abad Pertengahan | 800-1200 M | – Jaminan keamanan – Sosialisasi | Kota benteng kekuatan central berupa gereja | Biara/ gereja | Radio- concentric | Human scale | On paper | Kota di abad pertengahan bersifat tangibel dan menghindari long vista serta disorientasi visual. Apabila pengunjung kesana tidak akan tersesat. |
6 | Renaissance | 1400-1500 M | – Bersosialitas – Beribadah | Kota artistik. Menerapkan axis, palza. | Biara/ gereja | Radial, kota berbentuk bintang | Renaissance | On paper | Kota di era Renaissance sudah tidak berbentuk kota benteng karena sudah ditemukannya senjata peledak (mesiu) di abad XV, konsep kota berlebihan dan menganut simetris murni |
7 | Baroque | 1700-1800 M | – Bersosialitas – Beribadah | Monumentalisme, monarki | Biara/ gereja | Kota bintang | Human scale | On paper | Kota di era Baroque memiliki konsep berlebihan dengan banyak pahatan sebagai akibat rasa bosan para seniman pada kota Renaissance yang menganut simetris murni. Sudah meninggalkan kota benteng dan mulai mengimplementasikan patung dalam perancangan kota. |
8 | Kota Revolusi Industri | Abad ke 19-an | Memenuhi kebutuhan industri | Kota Industri | Pusat Industri | Linier, Radial, grid | Bervariasi (human | On paper | kekurangan rumah bagi pekerjaTransportasi sebagai prioritasTerjadi konsentrasi industri di pusat kotaKaum elit pindah ke pinggiran kota (suburban) |
9 | Kota Pasca Revolusi Industri | Abad 20-an | Memenuhi kebutuhan hidup | Kota taman, perencanaan integrasi sosial & ekonomi | Pusat pemerintahan/istana | Linier, Radial, grid | Bervariasi (human scale dan harmonisasi ukuran) | On paper | Di era modern, arsitek dimanjakan dengan temuan-temuan material praktis seperti kaca dan baja sehingga bisa digunakan dalam bentuk apapun yang dikehendaki. |
- DAFTAR PUSTAKA
Carter, D. 1997. Digital Democracy or Information – Aristocracy. The Governance of Cyberspace, London
Gallion, A.B. dan Simon Eisner. 1992. Pengantar Perancangan Kota. Jakarta : Erlangga.
Mariana, Y. 2011. Kompleksitas Ruang Publik (Public Space): Agora, Yunani Dan Forum, Romawi.ComTech.Vol.2 No. 2 Desember 2011. 1359-1371
Nas, d. P. J. M. 1979. Kota di Dunia Ketiga: Pengantar Sosiologi Kota. Jilid 1. Bhratara Karya Aksara, Jakarta
Snyder, J.C., dan Catanese, A.J. 1992. Perencanaan Kota (Edisi Kedua). Penerbit Erlangga, Jakarta
Spereigen, Paul D. 1965. The Architecture of Towns and Cities. Mc Hraw Hill Book, New York.
Recent Comments